Review Buku: Grit: The Power of Passion & Perseverance - Angela Duckworth
Setelah menyelesaikan buku "Mindset", saya melanjutkan perjalanan literatur saya dengan membaca karya lain yang mendukung konsep yang disampaikan dalam buku tersebut. Salah satu karya yang menarik perhatian saya adalah "Grit: The Power of Passion & Perseverance" karya Angela Duckworth. Ketertarikan saya semakin berkembang setelah menonton cuplikan pidato penulis ini di Ted Talk, yang juga merupakan salah satu video paling banyak ditonton. Berikut adalah ulasan tentang buku "Grit: The Power of Passion & Perseverance" oleh Angela Duckworth.
Judul: Grit: The Power of Passion & Perseverance
Penulis: Angela Duckworth
Tahun Terbit: 2016
Rating Buku: 4.6
Deskripsi Singkat
Pada buku ini, Duckworth memperkenalkan konsep Grit, yang didefinisikan sebagai kombinasi antara passion dan ketekunan untuk mencapai tujuan jangka panjang. Dia mengeksplorasi paradoks grit, di mana individu dengan bakat luar biasa mungkin tidak berhasil tanpa grit, dan mereka dengan kemampuan alami yang kurang bisa melampaui mereka melalui ketekunan (grit).
Penulis memberikan gagasan bahwa Grit adalah kunci kesuksesan jangka panjang, melampaui signifikansi bakat semata. Grit menyoroti pentingnya ketekunan dalam mencapai tujuan, bahkan dalam ketiadaan bakat yang luar biasa.
Poin-Poin Utama
What Grit Is and Why It Matters
Pada bab ini, penulis memperdalam definisi grit dan signifikansinya, menekankan perannya sebagai prediktor kesuksesan di berbagai aspek, termasuk pendidikan, olahraga, dan bisnis. Penulis membahas komponen-komponen grit, termasuk passion (semangat untuk tujuan tertentu) dan perseverance (usaha berkelanjutan dari waktu ke waktu). Pada bab ini, penulis menyoroti temuan penelitian yang menunjukkan pentingnya grit dalam mencapai hasil luar biasa.
Dalam bab ini, penulis memberikan beberapa contoh untuk memberikan ilustrasi mengenai konsep grit. Berikut adalah beberapa contoh yang digunakan penulis:
1. Studi pada West Point
Penulis merujuk pada penelitiannya sendiri yang dilakukan di Akademi Militer Amerika Serikat di West Point, di mana dia menemukan bahwa grit adalah prediktor retensi kadet yang lebih baik daripada skor tes kecerdasan atau kebugaran fisik. Studi ini menunjukkan bagaimana grit memainkan peran penting dalam mencapai tujuan jangka panjang, bahkan dalam lingkungan yang sangat kompetitif dan menuntut banyak target.
2. Kejuaraan Spelling Bee Champion
Penulis menceritakan kisah seorang juara lomba ejaan (speeling bee) yang mengaitkan kesuksesannya bukan dengan bakat bawaan, tetapi dengan latihan dan ketekunan yang tak kenal lelah. Meskipun menghadapi kegagalan dan rintangan di sepanjang jalan, ketekunan dan ketekunan sang juara akhirnya membawanya meraih kemenangan. Contoh ini mengilustrasikan bagaimana grit dapat mendorong pencapaian dan kesuksesan, bahkan dalam bidang yang biasanya dikaitkan dengan bakat alami.
3. Atilt Olimpiade
Penulis menyoroti pengalaman para atlet Olimpiade yang mendedikasikan bertahun-tahun hidup mereka untuk latihan dan persiapan untuk satu momen kompetisi. Para atlet ini menggambarkan grit dalam usaha mereka yang tanpa henti untuk mencapai keunggulan, mengatasi hambatan dan rintangan melalui ketekunan dan keteguhan. Kisah mereka menegaskan pentingnya grit dalam mencapai prestasi luar biasa dan mencapai tingkat kinerja puncak.
Dengan menggunakan contoh-contoh tersebut, penulis mengilustrasikan aplikasi dunia nyata dari grit dan dampaknya terhadap pencapaian dan kesuksesan di berbagai bidang. Melalui cerita tentang ketahanan, ketekunan, dan ketekunan, penulis mencoba menyoroti pentingnya mengembangkan grit dalam diri sendiri dan orang lain untuk mencapai tujuan jangka panjang dan mewujudkan potensi penuh mereka.
Key Points:
Grit mencakup passion dan perseverance, prediktor penting untuk mencapai tujuan jangka panjang.
Penelitian menunjukkan bahwa grit adalah prediktor kesuksesan yang lebih baik daripada bakat atau kecerdasan semata.
Pemahaman mengenai komponen-komponen grit yang penting untuk mengembangkannya dalam diri kita sendiri dan orang lain.
Talent
Dalam bab ini, penulis meneliti hubungan antara bakat (talent) dan grit, membantah mitos bahwa bakat semata yang menyebabkan kesuksesan. Penulis membahas peran usaha dalam mengembangkan bakat, menekankan bahwa ketekunan berlatih (deliberate practice) dan usaha yang berkelanjutan adalah aspek penting untuk mencapai keahlian. Dalam menyampaikan gagasan, penulis menyampaikan bukti dari penelitiannya sendiri dan studi dari berbagai bidang. Berikut adalah beberapa contoh yang digunakan oleh penulis untuk mengilustrasikan ide-ide nya:
1. Mitos Mozart
Penulis menantang gagasan tentang bakat bawaan dengan membantah "Mitos Mozart," yang menyarankan bahwa kemampuan luar biasa adalah hasil semata dari bakat alami. Sebaliknya, dia menyoroti penelitian yang menunjukkan bahwa Mozart, dianggap sebagai anak ajaib musik, sebenarnya menjalani bertahun-tahun pelatihan dan latihan yang ketat di bawah bimbingan ayahnya. Contoh ini menegaskan argumen penulis bahwa bakat sering kali merupakan hasil dari usaha yang berkelanjutan dan ketekunan latihan, bukan bakat bawaan semata.
2. Growth Mindset
Penulis membahas konsep growth mindset yang dipopulerkan oleh psikolog Carol Dweck, yang menekankan kepercayaan bahwa kemampuan dapat dikembangkan melalui dedikasi dan kerja keras. Dia membagikan contoh individu yang menggambarkan growth mindset, seperti Thomas Edison, yang eksperimen dan kegagalan yang tak terhitung jumlahnya akhirnya menghasilkan penemuan revolusioner. Contoh-contoh ini mengilustrasikan bagaimana ketekunan dan usaha dapat menghasilkan keahlian dan pencapaian, terlepas dari tingkat bakat awal.
3. 10.000 Hours Rule
Penulis merujuk pada penelitian psikolog Anders Ericsson, yang mempopulerkan "The 10,000 Hours Rule" sebagai tolak ukur untuk mencapai keahlian dalam setiap bidang. Dia menjelaskan bahwa ketekunan berlatih, yang ditandai dengan usaha selama periode yang panjang, adalah kunci untuk mengembangkan bakat dan mencapai pengkeahlian. Penulis memberikan contoh atlet, musisi, dan ahli lainnya yang mengatribusikan kesuksesan mereka bukan kepada bakat bawaan, tetapi kepada latihan bertahun-tahun dan ketekunan yang didedikasikan.
4. Studi Deliberate Practice
Penulis menyoroti penelitian yang dilakukan oleh Anders Ericsson dan rekan-rekannya tentang Deliberate Practice (ketekunan berlatih), yang melibatkan memecah keterampilan kompleks menjadi komponen-komponen yang dapat dikelola dan terlibat dalam latihan yang ditargetkan untuk meningkatkan kinerja. Dia membagikan contoh individu yang telah mencapai tingkat keterampilan yang luar biasa melalui ketekunan berlatih, seperti grandmaster catur dan atlet profesional. Contoh-contoh ini mengilustrasikan bagaimana ketekunan berlatih dapat menghasilkan pencapaian yang luar biasa, bahkan dalam ketiadaan bakat.
Dengan menggunakan contoh-contoh tersebut, penulis menegaskan ide bahwa bakat tidak hanya ditentukan oleh kemampuan bawaan semata, tetapi juga dibentuk oleh usaha, latihan, dan ketekunan dari waktu ke waktu. Ini menantang pandangan tradisional tentang bakat dan menyoroti pentingnya grit dalam mencapai kesuksesan jangka panjang dan penguasaan dalam setiap usaha.
Key Points:
Bakat bukanlah penentu tunggal kesuksesan; usaha memainkan peran yang lebih besar dalam mencapai keahlian.
Ketekunan berlatih dan usaha yang berkelanjutan penting untuk mengembangkan bakat dan mencapai keunggulan.
Menekankan pentingnya usaha dan ketekunan berlatih lebih dari bakat dapat mengarah pada pencapaian dan pemenuhan yang lebih besar dalam jangka panjang.
Effort Counts Twice
Pada bab ini penulis mengeksplorasi konsep bahwa "usaha memainkan peran ganda", yang berarti bahwa usaha tidak hanya membangun keterampilan tetapi juga berkontribusi pada pencapaian. Bab ini membahas pentingnya ketekunan berlatih, yang melibatkan usaha yang fokus dan bermaksud untuk meningkatkan kinerja. Penulis membagikan contoh dari berbagai domain, seperti olahraga dan musik, untuk mengilustrasikan bagaimana ketekunan berlatih menghasilkan keahlian dan kesuksesan. Berikut adalah beberapa contoh yang digunakan oleh penulis:
1. Prodigy Musik
Penulis menceritakan kisah seorang musisi muda yang awalnya dianggap sebagai anak ajaib karena bakat alami dan kemampuannya untuk memainkan alat musik. Namun, ketika musisi tersebut maju dalam pelatihan, mereka bertemu rekan-rekan sebaya yang melampaui mereka dalam keterampilan meskipun memulai dengan kemampuan bawaan yang lebih sedikit. Melalui latihan yang didedikasikan dan usaha yang tak kenal lelah, rekan-rekan ini dapat melampaui si musisi ajaib, menunjukkan bahwa usaha memainkan peran penting dalam mengembangkan bakat dan mencapai penguasaan.
2. Atlet Olimpiade
Penulis merujuk pada pengalaman para atlet Olimpiade yang mendedikasikan berjam-jam latihan dan persiapan untuk satu momen kompetisi. Meskipun menghadapi rintangan dan tantangan di sepanjang jalan, para atlet ini tetap berusaha untuk mencapai keunggulan melalui usaha dan ketekunan yang tak kenal lelah. Kisah mereka menyoroti bagaimana usaha yang konsisten tidak hanya berkontribusi pada pengembangan keterampilan tetapi juga mencapai tingkat kinerja puncak dan kesuksesan.
3. Grandmaster Catur
Penulis membahas perjalanan seorang grandmaster catur yang mengaitkan kesuksesannya bukan dengan bakat bawaan, tetapi dengan tahun-tahun latihan dan usaha yang fokus. Meskipun menghadapi lawan-lawan yang tangguh dan rintangan dalam karir mereka, sang grandmaster bertahan dalam pelatihan mereka, terus berusaha untuk meningkatkan keterampilan dan strategi yang dilakukan. Melalui usaha dan dedikasi yang berkelanjutan, mereka naik ke puncak karir, menunjukkan kekuatan transformasional dari grit dan ketekunan.
Dengan menggunakan contoh-contoh tersebut, penulis menegaskan ide bahwa usaha memainkan peran ganda dalam mencapai kesuksesan: tidak hanya membangun keterampilan dan kemampuan tetapi juga berkontribusi pada pencapaian aktual. Melalui cerita tersebut, penulis ingin menekankan pentingnya latihan konsisten dan tekad dalam mengejar tujuan jangka panjang dan mewujudkan potensi penuh mereka.
Key Points:
Usaha memainkan peran ganda karena tidak hanya membangun keterampilan tetapi juga dapat berujung menjadi pencapaian.
Ketekunan berpatih, yang ditandai dengan usaha dan tekad, adalah kunci untuk meningkatkan kinerja dan mencapai keahlian.
Memahami konsep "usaha memainkan peran ganda" memberdayakan individu untuk merangkul nilai usaha yang berkelanjutan dalam mengejar tujuan mereka.
How Gritty Are You?
Pada bab ini, penulis memperkenalkan Skala Grit, alat penilaian diri yang dirancang untuk mengukur tingkat grit seseorang. Ia menjelaskan bagaimana Skala Grit mengevaluasi dua aspek grit: konsistensi minat (passion) dan ketekunan usaha. Penulis membahas signifikansi memahami tingkat grit seseorang sendiri dan bagaimana hal itu dapat menginformasikan upaya pengembangan pribadi dan profesional. Berikut adalah gambaran umum tentang Skala Grit yang diusulkan oleh penulis:
Konsistensi Minat (Passion):
Komponen ini menilai sejauh mana seseorang mempertahankan minat dan tujuan yang konsisten dari waktu ke waktu.
Peserta diminta untuk menilai pernyataan terkait tingkat minat dan antusiasme mereka terhadap tujuan jangka panjang dan usaha mereka.
Pernyataan contoh dapat meliputi:
"Saya tertarik pada hal yang sama selama bertahun-tahun."
"Minat saya berubah dari tahun ke tahun."
Individu yang mencetak tinggi pada komponen ini menunjukkan semangat yang kuat dan bertahan untuk tujuan mereka, sedangkan mereka yang mencetak rendah mungkin menunjukkan ketidak konsistenan atau fluktuasi dalam minat mereka dari waktu ke waktu.
Ketekunan Usaha:
Komponen ini mengevaluasi kemampuan seseorang untuk mempertahankan usaha dan bekerja dengan tekun terhadap tujuan jangka panjang mereka, bahkan di hadapan rintangan dan kegagalan.
Peserta diminta untuk menilai pernyataan terkait tingkat ketekunan dan komitmen mereka terhadap tujuan jangka panjang mereka.
Pernyataan contoh dapat meliputi:
"Saya sering memberikan usaha ekstra saat bekerja menuju tujuan yang penting bagi saya."
"Saya cenderung menyerah ketika menemui rintangan yang sulit."
Individu yang mencetak tinggi pada komponen ini menunjukkan ketekunan dalam mengejar tujuan mereka, sedangkan mereka yang mencetak rendah mungkin menunjukkan kecenderungan untuk menyerah saat menghadapi kesulitan.
Melalui Skala Grit, penulis memberikan kerangka yang berguna untuk mengukur dan memahami tingkat grit seseorang dalam hal konsistensi minat dan ketekunan usaha. Ini memungkinkan individu untuk merenungkan kekuatan mereka dalam hal grit dan mengidentifikasi area-area di mana mereka mungkin perlu berkembang lebih lanjut.
Key Points:
Skala Grit mengukur tingkat grit seseorang berdasarkan konsistensi minat dan ketekunan usaha.
Penilaian diri menggunakan Skala Grit dapat memberikan wawasan berharga tentang kekuatan dan area pertumbuhan seseorang dalam hal grit.
Memahami tingkat grit dapat memandu upaya untuk membudidayakan minat dan ketekunan dalam mengejar tujuan jangka panjang.
Growing Grit from the Inside Out
Di bab ini, penulis mengeksplorasi strategi untuk membudayakan grit dari dalam, berfokus pada faktor internal yang berkontribusi pada minta dan ketekunan. Penulis memberikan saran praktis untuk memupuk pola pikir pertumbuhan dan menerima tantangan sebagai peluang untuk tumbuh dan belajar. Berikut adalah beberapa strategi yang diusulkan oleh penulis untuk mengembangkan grit dari dalam diri:
1. Mengembangkan Minat
Penulis menekankan pentingnya mengembangkan minat yang sejalan dengan nilai, minat, dan aspirasi seseorang. Individu didorong untuk menjelajahi berbagai aktivitas dan usaha untuk menemukan apa yang sesungguhnya mereka sukai. Dengan menumbuhkan minat yang alami, individu dapat memupuk motivasi intrinsik dan mempertahankan komitmen dan antusiasme jangka panjang terhadap tujuan mereka.
2. Menemukan Tujuan
Penunlis menekankan pentingnya menemukan tujuan dalam usaha seseorang, karena memberikan alasan yang kuat untuk bertahan di hadapan tantangan dan kegagalan. Individu didorong untuk merenungkan nilai-nilai, kekuatan, dan aspirasi mereka untuk mengidentifikasi tujuan yang bermakna yang sejalan dengan tujuan hidup mereka. Dengan menghubungkan tujuan mereka dengan tujuan atau misi yang lebih besar, individu dapat mengeksploitasi motivasi intrinsik yang dalam dan ketangguhan.
3. Mengadopsi Growth Mindset
Penulis menganjurkan untuk mengadopsi konsep growth mindset, dimana kita melihat tantangan dan kegagalan sebagai peluang untuk belajar dan tumbuh. Individu didorong untuk mempercayai kemampuan mereka untuk meningkatkan diri melalui usaha dan ketekunan, daripada terbatas oleh gagasan-gagasan kemampuan atau bakat yang tetap. Dengan meredefinisikan kegagalan sebagai hambatan sementara dalam perjalanan menuju keahlian, individu dapat memupuk ketangguhan dan ketekunan dalam mengejar tujuan.
4. Menetapkan Tujuan yang Jelas
Penulis menekankan pentingnya menetapkan tujuan yang jelas, spesifik, dan dapat dicapai yang memberikan arah dan fokus pada usaha seseorang. Individu didorong untuk memecah tujuan jangka panjang menjadi target dan tujuan kecil yang lebih mudah dikelola, memungkinkan kemajuan bertahap dan penguatan grit. Dengan menetapkan peta jalan untuk kesuksesan dan secara teratur memantau kemajuan menuju tujuan, individu dapat mempertahankan momentum dan tetap termotivasi dalam upaya mencapai tujuan.
5. Menjaga Konsistensi
Penulis menyoroti nilai konsistensi dalam latihan dan usaha, menekankan pentingnya menjaga pendekatan yang teratur dan disiplin dalam mengejar tujuan. Individu didorong untuk membentuk kebiasaan dan rutinitas harian yang mendukung tujuan mereka, memastikan kemajuan yang stabil dari waktu ke waktu. Dengan memprioritaskan konsistensi dan ketekunan dalam tindakan keseharian, individu dapat membangun momentum dan membuat kemajuan berarti menuju aspirasi mereka.
Key Points:
Membudayakan grit dari dalam melibatkan pengembangan minat dan menemukan tujuan dalam upaya seseorang.
Mengadopsi konsep growth mindset, membantu individu untuk melihat tantangan sebagai peluang untuk belajar dan tumbuh.
Faktor internal seperti motivasi intrinsik dan rasa tujuan memainkan peran penting dalam menopang usaha dan ketekunan dari waktu ke waktu.
Growing Grit from the Outside In
Pada bab ini, penulis mengeksplorasi peran faktor eksternal, seperti orang tua, guru, pelatih, dan mentor, dalam memupuk grit pada orang lain. Ia membahas pentingnya menciptakan lingkungan yang mendukung yang mendorong usaha, ketangguhan, dan pola pikir bertumbuh. Penulis memberikan tips praktis untuk orang tua, pendidik, dan pemimpin tentang bagaimana membudayakan grit pada individu dan menciptakan budaya ketekunan. Berikut adalah beberapa strategi yang diusulkan oleh penulis:
1. Menciptakan Hubungan yang Mendukung:
Penulis menekankan pentingnya mengelilingi diri dengan individu yang memberikan dukungan dan mendorong grit. Orang tua, guru, mentor, dan teman dapat berperan besar dalam memupuk grit dengan memberikan dorongan, bimbingan, dan penguatan positif. Dengan membangun hubungan yang mendukung, individu dapat mengambil kekuatan dan ketahanan dari dorongan dan dukungan orang lain.
2. Memberikan Peluang untuk Pertumbuhan:
Penulis menganjurkan untuk menciptakan lingkungan yang menawarkan peluang untuk bertumbuh dan berkembang. Orang tua, pendidik, dan pemimpin didorong untuk memberikan tugas-tugas yang menantang namun dapat dicapai yang membawa individu keluar dari zona nyaman mereka dan memupuk grit. Dengan menawarkan peluang untuk bertumbuh dan berkembang, individu dapat membangun keyakinan dan ketangguhan di tengah tantangan.
3. Mempromosikan Budaya Pola Pikir Bertumbuh (Growth Mindset):
Penulis menegaskan pentingnya mempromosikan budaya pola pikir bertumbuh yang menghargai usaha, ketangguhan, dan perbaikan terus menerus. Orang tua, pendidik, dan pemimpin didorong untuk memuji individu atas usaha dan ketekunan mereka, bukan hanya fokus pada hasil atau kemampuan bawaan. Dengan menekankan pentingnya usaha dan ketekunan dalam meraih kesuksesan, individu didorong untuk menerima tantangan dan bertahan dalam mengejar tujuan mereka.
4. Menetapkan Harapan Tinggi:
Penulis menyoroti nilai dalam menetapkan harapan tinggi bagi diri sendiri dan orang lain, karena memupuk rasa tujuan dan tekad. Orang tua, pendidik, dan pemimpin didorong untuk menetapkan tujuan yang menantang namun dapat dicapai yang menginspirasi individu untuk berusaha mencapai kesempurnaan. Dengan menetapkan harapan tinggi dan memberikan dukungan dan sumber daya untuk mencapainya, individu dapat bangkit untuk mencapai prestasi yang luar biasa dari grit dan ketekunan.
5. Menciptakan Budaya Umpan Balik dan Bertumbuh:
Penulis menganjurkan untuk menciptakan budaya yang menghargai umpan balik dan pertumbuhan yang berkelanjutan. Orang tua, pendidik, dan pemimpin didorong untuk memberikan umpan balik konstruktif dan dukungan yang memupuk pembelajaran dan pengembangan. Dengan merangkul pola pikir pertumbuhan dan melihat kegagalan sebagai peluang untuk belajar dan berkembang, individu dapat memupuk ketahanan dan ketekunan dalam menghadapi tantangan.
Key Points:
Faktor eksternal, termasuk hubungan dan lingkungan yang mendukung, memainkan peran penting dalam memupuk grit pada individu.
Orang tua, pendidik, dan pemimpin dapat membudayakan grit pada orang lain dengan memberikan dorongan, dukungan, dan peluang untuk bertumbuh.
Menciptakan budaya yang menghargai usaha, ketahanan, dan ketekunan penting untuk memupuk grit pada individu dan masyarakat.
Kesimpulan
Melalui wawasan dari Grit, penulis mengajak pembaca untuk mempertimbangkan bagaimana mereka dapat membudayakan pola pikir grit dalam kehidupan mereka sendiri. Dengan menerima tantangan sebagai kesempatan untuk tumbuh, tetap fokus pada tujuan jangka panjang, dan bertahan di hadapan kesulitan, individu dapat membangun kualitas grit yang esensial untuk mencapai kesuksesan dan pertumbuhan yang berkelanjutan. Penulispun memberikan banyak ilustrasi bagaimana grit memiliki kekuatan untuk merubah kehidupan dan membentuk masa depan, menegaskan pentingnya bagi setiap individu untuk mengembangkan minat dan ketekunan mereka sendiri dalam mengejar impian mereka.
Konsep dari buku ini sangat menarik, dan sangat cocok bagi pemimpin, mentor, orang tua, yang ingin mengembangkan ketangguhan dari seorang individu atau tim. Buku ini pun sangat cocok, bagi individual atau profesional yang ingin mencapai kesuksesan dan pemenuhan tujuan hidup.
Rating
Writing Style: 4 dari 5
Penulisan dilakukan dengan sangat baik. Ide dan gagasan dikelompokkan dalam setiap bab untuk memudahkan pemahaman pembaca terhadap konsep yang dijelaskan oleh penulis. Meskipun saya menemukan beberapa poin pembahasan yang berulang di beberapa bab, tampaknya dilakukan oleh penulis untuk memperkuat gagasan yang ingin disampaikan pada bab tertentu, namun hal ini tidak mengurangi fokus pada inti pembahasan.
Study & Evidence 5 dari 5
Penulis menyajikan gagasan dengan dukungan dari studi yang dilakukannya. Penulis juga mengutip beberapa studi dan kisah yang relevan untuk mendukung lebih lanjut ide-ide yang disampaikan.
Impact 5 dari 5
Sebagai seseorang yang tertarik pada pengembangan diri, konsep Grit sangat menarik dan melengkapi konsep Growth Mindset, yang merupakan salah satu buku favorit saya.
Rating Keseluruhan = 4.6
Saya merekomendasikan buku ini untuk dibaca oleh teman-teman.
untuk mengetahui detil definisi dari tiap aspek yang dinilai, silahkan dapat mengunjungi tulisan saya tentang hal tersebut di tautan berikut.
Tentang Penulis
Angela Duckworth, PhD, adalah 2013 MacArthur Fellow dan profesor psikologi di Universitas Pennsylvania. Dia telah memberi saran kepada Bank Dunia, tim NBA dan NFL, serta CEO Fortune 500. Dia juga pendiri dan CEO Character Lab, sebuah organisasi nirlaba yang misinya adalah memajukan wawasan ilmiah yang membantu anak-anak berkembang dengan baik. Dia menyelesaikan gelar sarjananya dalam neurobiologi di Harvard, gelar magister dalam ilmu saraf di Oxford, dan gelar doktornya dalam psikologi di Universitas Pennsylvania. Grit: The Power of Passion and Perseverance adalah bukunya yang pertama dan menjadi instant bestseller New York Times. (dilansir & diterjemahkan dari Amazon, diakses pada 3 Maret 2024)